SAJAK : Lelayang Merah
18hb. Januari,1970
Angin petang melambai-lambai
bersama daun, bersama burung
riangria bersyair
riangria bersiul.
Atas padang rumput di pinggir sawah
seorang anak lelaki
melepas lelayang merah manari
mengikut gendang angin
mereka usik mengusik
di dewan udara
hingga terungkai benang pengikat dirinya.
Bersama angin yang 'asyik
lelayang merah terus terbang
jauh, jauh...... hingga
ke kaki senja yang berdarah
Esoknya
ia terdampar di pinggir sawah
dalam kelesuan
lelayang merah, wajahnya tiada indah.
Datang anak lelaki
bersama sebuah lelayang putih
padanya, ia tiada menoleh
Lelayang merah
di pinggir sawah menangis sendiri.
Nor Aini Muhammad.
Kuala Terengganu18hb. Januari,1970
*********************
ULASAN
.......... Membaca sajak Nor Aini Muhammad ini, terasa ia membawa persoalan yang ringan dan sangat mudah difahami. Tetapi sajak ini sebenarnya sebuah sajak simbolik. Dari satu tanggapan dapat dirasakan maksud lambang dan persoalannya begini :
Lelayang merah itu dimaksudkan kepada seorang yang cantik, katakanlah seorang gadis. Ianya sangat disukai oleh banyak lelaki, yang dalam sajak itu melambangkan seorang anak lelaki dan angin. Dalam keadaaan disuka dan menyukai itu, jika si gadis itu terlalu asyik serta lupa diri sehingga terungkai iman yang mengikat dirinya, maka dia akan dihanyutkan ke lembah kehinaan.
Apabila ia sudah terjerumus ke lembah kehinaan, kecantikannya tidak mempunyai nilai lagi, dan banyaklah orang mengutuk serta tidak memperdulikannya lagi, sekalipun sebelumnya orang-orang itu sangat menyukainya, umpamanya, tunangnya yang jujur. Tunangnya akan segera memilih gadis lain yang mungkin tidak begitu cantik tetapi tinggi budi dan suci.............
Di Penjuru Matamu,1975
Image from : Google